Usaha Rumahan Baru

Bisnis Baju Murah 5rb Terkenal sejak 2008 BUKTIKAN harga 3500-14ribu Langsung dari Pabrik | 085773465849 |
visit: www.GROSIRBAJUKU.com atau [Klik Disini]
Paling Murah SeDUNIA - Terbukti dengan puluhan cabang dan ribuan reseller tersebar diseluruh indonesia

Tampilkan postingan dengan label Koleksi Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Koleksi Puisi. Tampilkan semua postingan
Perpisahan

Perpisahan

Ribuan jalan telah kita lewati
Berbagai rintangan telah kita lalui
Penuh wewangian bunga maupun bertabur duri
Penuh suka maupun duka di hati

Semua bukanlah sekedar kenangn
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan

Namun, kita tlah tahu
Kita tak selamanya bersatu
Menempuh jalan hidup yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak pernah tersapu

Saat berpisah harus menyapa
Ku tak ingin kau teteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita kan tetap bersama

Sahabatku tercinta!!
Inilah hidup
Kadang kita membuka
Suatu saat kita kan menutup

Sahabatku tercinta!!
Ku ingin kita kembali bersama
Di saat harta tak lagi berguna
Di saat cinta menjadi satu-satunya pembela
Kawan pernahkah seberDOSA ini

Kawan pernahkah seberDOSA ini

Tulisan di bawah ini adalah buah renungan dari saudara kita Bayu Gautama. Diam-diam kitapun mengakui... terlalu banyak yang kita terima tanpa pernah meminta.. namun hanya karena satu yang menurut kita tak pernah dikabulkan tanpa sadar telah menghapus rasa syukur atas nikmat yang banyak itu.. Ya Allah, jadikanlah rasa putus asa dan lemah kami sebagai media untuk mencari sandaran hanya pada pertolongan dan cinta-Mu... Engkau Yang Maha Memiliki Segalanya, Engkau Yang Maha Bijaksana...Kawan, Pernahkah Seberdosa Ini?

Smakin kutahu
Jika pepohonan dijadikan pena
Dan laut menjadi tinta
Niscaya takkan pernah cukup
Tuk menuliskan semua nikmat-Nya

Lelah. Rasanya terlalu lelah untuk terus berdo’a kepada Allah. Hari ini entah sudah kesekian kalinya aku meminta, tapi tak jua Dia mengabulkan permintaanku. Pekan lalu, saat ku membutuhkan pertolongan Nya, Ia tak segera mengulurkan tanganNya. Ah, jangankan yang baru-baru ini, puluhan bahkan ratusan pintaku bulan-bulan sebelumnya, juga tahun sebelumnya, kalau kuingat-ingat, belum juga terkabulkan.

Tapi, apa salahnya malam ini ku mencoba berdialog kembali dengan Nya, semoga saja ia mau mendengar. Baru saja kususun jemari ini, belum sempat baris kata-kata yang sebelumnya sudah kurangkai indah di dalam benakku deras terburai keluar dari mulutku, mataku menangkap tajam jemariku yang bergerak …

Astaghfirullaah … seketika dadaku sesak. Berdegub kencang. Ingin kuhapus kata-kataku diatas. Tapi sudah terlanjur tumpah. Aku malu telah lancang kepadaNya dan menihilkan semua yang telah diberikan-Nya.

Sedetik kemudian, seiring dengan menggenangnya air di pelupuk mata ini yang siap tumpah bagai gelombang yang menunggu perintah menghantam karang, benakku sudah disesaki dengan jutaan tanya …

Pernahkah aku meminta kepada Nya untuk memberikan kepadaku jemari yang lengkap dan indah ini, sehingga aku bisa banyak berbuat dengan kesempurnaan penciptaan ini. Aku tak pernah meminta sebelumnya agar Ia melengkapi tanganku ini dengan jemari, aku juga tak pernah berdo’a untuk berbagai kesempatan hingga detik ini aku masih bisa menggerakkan, dan menyentuh dengan jemariku ini. Tapi sampai detik ini, Dia masih memberikannya kepadaku …

Harus kusentuh lagi beberapa anggota tubuh ini. Kemudian aku berdiri, subhanallah, aku masih bisa berdiri. Padahal aku tak pernah sebelumnya meminta agar terus ditetapkan memiliki dua kaki sempurna, tapi Dia masih terus memberikannya. Kupandangi, ups… sebelum kulanjutkan … dengan apa aku memandang? Pernahkah aku meminta Dia menganugerahiku sepasang mata indah ini? Sehingga semua terasa begitu indah untuk dinikmati, semua alam dan lukisan semesta menjadi penghibur hati dengan adanya dua mata ini. Kuyakin juga –aku tak pernah lupa- tak pernah memohon kepada-Nya untuk tetap memberiku dua telinga dengan fungsi pendengaran yang baik. Tapi kenapa aku masih bisa mendengar?

Test … test … satu, satu, dua tiga ….

Sengaja aku mengetes suaraku. Masih jelas terdengar. Tapi, bukankah Dia memberikannya begitu saja kepadaku tanpa pernah aku memintanya? Lalu aku berjalan, Alhamdulillah aku masih bisa berjalan. Keluar kamar, ke ruang tengah, kulihat masih terlihat sederet makanan di meja makan, kucicipi sepotong tahu. Enak, ya enak. Tapi kenapa aku masih bisa merasakan nikmatnya sepotong tahu? Juga segarnya menyeruput sebotol juice buah yang kuambil dalam kulkas? Yang pasti, tak pernah barisan kata pinta terucap tuk sekedar memohon agar tetap diberikan kemampuan merasa …

Kuterus berjalan. Ke kamar mandi. Ada air. Kusentuh segarnya air itu. aah, sejak kapan aku merasakan kesegaran ini. Mungkinkah ketika terlahir dulu sempat aku meminta kepadaNya agar dikaruniakan kesegaran macam ini? atau … hhhhhh, kuhirup udara malam yang sejuk. Eh, apa pernah aku minta Dia tak menyetop pasokan udara untukku? Bahkan … aku masih hidup, aku masih hiduuup (teriakku) … siapa yang tahu dan bisa menerka sampai kapan aku masih bisa menikmati hidup. Tapi yang jelas tak pernah sekalipun keluar dari mulut ini rangkaian kata: “Tuhan, terima kasih atas semua nikmat Mu, sampai hari ini.” (Bayu Gaw)

Masih saja banyak pintaku
Dan air mata itupun tumpah deras membasuh kegersangan jiwa ini ...
DENGAN BANGGA

DENGAN BANGGA

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu
Kan kuterima itu dengan bangga
Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya

Kan kuberikan kepadamu bahuku untuk tempat mengadu
Kan kutunjukkan betapa pedulinya aku padamu
Aku kan selalu siap saat kau membutuhkanku
Aku akan selalu berada didekatmu

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Yang mendengar saat kau menangis
Kan kuterima itu dengan bangga
Kan kujalani dengan suka cita

Cintaku padamu lebih dalam
Daripada yang akan pernah kau sadari
Tanpa mengharapkan kau mencintaiku
Untuk itu mesti ku biarkan kau berlalu

Kau perlu waktu untuk menemukan tujuanmu
Kau perlu waktu untuk merenungkan pikiranmu
Tapi, saat perjalananmu berakhir
Dan jalur yang kau tempuh selesai sudah

Ingatlah aku sahabat baikmu
Yang mencintaimu sejak awal mula
Aku Ingin Pulang

Aku Ingin Pulang

Setapak demi setapak telah kutempuh
Penuh suka, duka, semangat dan peluh
Kini ku ingin kembali
Meniti hidup bersama orang yang kucintai

Langkah demi langkah telah kupijakkan
Berhias rintangan dan perjuangan
Kini ku ingin pulang
Bercanda ria dengan orang tersayang

Hari demi hari telah berlalu
Berhias cinta dan rasa pilu
Kini ku ingin bersama mereka
Hidup dengan keluarga tercinta

Ayah!! Bunda!!
Aku rindu
Aku rindu kasih mereka
Aku rindu senyuman mereka
Aku ingin cepat kembali
Kembali pada mereka yang kucintai
Puisi Untuk IBU

Puisi Untuk IBU

besar pengorbanan yg Engkau berikan
tak satu'pun langkah'mu yg tak berarti di hidupku
kau keluarkan semua tenaga'mu untuk melahirkan'ku
meski semua yg terbaik telah ku berikan pada'mu
itu semua tak akan bisa menggantikan semua

secoret kata ini, kutuliskan
betapa besar pengorbanan'mu untuk anak'mu
kini aku bisa memahami,
betapa berartinya diri'mu di dunia'ku

tak mampu aku membalas semua pengorbanan'mu
hanya menghormati dan memberi yg terbaik untuk'mu
meski tak besar,aku terus berusaha untuk bisa membuat diri'mu tersenyum melihat anak'mu

IBU terimakasih, kasih dan pengorbanan'mu akan terus aku ingat.
Perahu itu..

Perahu itu..

Saat, keinginan berlayar tak tertahan
Kubawa hati mengarungi samudera nan terbungkus awan
Indah, seindah rasa menyelimuti harapan
Tentang asa, cita-cita dan masa depan

Kupenuhi perahu dengan segumpal CINTA
Kugantungi secercah cahaya sebagai penyerta
Kuhiasi dinding-dindingya dengan rindu yang sejuta
Kukayuh sesekali dengan cemburu dan air mata

Dan....
Ketika perahu terlalu sarat akan beban
Ketika terbentuk hasrat memiliki perahu tambahan
Ketika aku tak sanggup mengayuh sendirian

Aku tergulung ombak demikian kencang
Terguncang keras menerpa bebatuan karang
Meninggalkan cerita tentang harapan, terbuang
Mengikis gumpalan CINTA yang terlanjur memberi terang

Aku tenggelam
Perahuku karam



MelukaiKu

MelukaiKu

aku bisa saja menangis sedih malam ini
tapi ku tak dapat temukan makna kesedihan hatiku
karena saat ini aku hanya berteman sepi
diselimuti awan gelap yang menutup mata hati
hingga tak dapat kuraih dirimu yang menantiku

untuk apa mencinta
pabila cinta hanya diujung perkataan
untuk apa katakan jutaan rindu
pabila hadirmu hanya menyiksa hati

air mata diujung mata
takkan kubiarkan mengalir lagi untukmu
sudah hentikan caramu mencintaiku
taukah dirimu...
cintamu sangat melukaiku....
EngkauLah PuisiKu

EngkauLah PuisiKu

ENGKAU HANYA SEDIKIT MENULIS PUISI UNTUKKU
KALAU GAK MAU DIKATAKAN TIDAK PERNAH

AKAN TETAPI SETELAH AKU AMATI
SENYUMANMU ADALAH PUISI
TATAPANMU ADALAH PUISI
JALANMU ADALAH PUISI
BICARAMU ADALAH PUISI
BAHKAN DOAMU ADALAH PUISI CINTA
YANG ENGKAU SAMPAIKAN PADAKU
TAK PERNAH PUTUS..
TAK PERNAH BERHENTI..


Bisnis Online Terbaru

Tehnik Peluang Bisnis Online Modal Kecil - Pelajari konsep bisnis Rudy Setyawan, Marketer Dunia asal indonesia yang ingin membantu anda meraih HIDUP BERKECUKUPAN melalui sistem cerdas dan mudah diterapkan, [Klik Disini Selengkapnya]